Notification

×
Copyright © Best Viral Premium Blogger Templates

Iklan

Menggapai Lailatul Qadar, Ikuti Sunnah Rasulullah

Sabtu, 06 April 2024, April 06, 2024 WIB Last Updated 2024-04-06T17:04:05Z
Medan, wasantaraonline.com - Malam "Lailatul Qadar" adalah malam yang lebih baik dibandingkan seribu bulan lamanya dan hanya terjadi pada bulan ramadhan. 

Tak heran, banyak umat muslim terus berlomba-lomba dalam kebaikan demi bisa mendapatkan berbagai keutamaan dalam malam Lailatul qadar.

Jadi, Lailatul Qadar, atau malam kemuliaan, merupakan salah satu malam yang paling istimewa dalam agama Islam. 
Secara harfiah, Lailatul Qadar berarti “malam kekuatan” atau “malam ketetapan”. Malam ini terjadi pada bulan Ramadhan, dari tanggal 21 hingga 29 Hijriah, namun tanggal pastinya tidak diketahui banyak orang. Masih misterius.

Lailatul Qadar diyakini sebagai malam di mana Allah menetapkan turunnya Al-Quran, menurunkan berbagai keberkahan, ampunan, dan rahmat. 

Pada malam ini, para malaikat juga turun ke bumi membawa pesan-pesan ilahi. Keistimewaan malam ini membuat umat Islam berlomba-lomba dalam ibadah dan memohon ampunan serta keberkahan kepada Allah.

Dengan keberkahan dan ampunan yang besar yang terkait dengan malam ini, para muslim dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, berdoa, dan melakukan amal saleh. 
Meskipun tanggal pasti Lailatul Qadar tidak diketahui, namun berdoa dan beribadah di malam-malam terakhir bulan Ramadhan merupakan suatu kebiasaan yang dianjurkan dalam Islam.

Menurut Muhammad Quraish Shihab dalam bukunya, yang dikenal Tafsir Al Misbah menjelaskan makna kata Qadar mempunyai tiga arti, yakni, 

Pertama, Qadar artinya penetapan atau pengaturan. Dalam makna ini, Lailatul Qadar diartikan sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia. 

Pendapat ini dikuatkan dengan firman Allah dalam Surat Ad-Dukhan ayat 3 yang artinya "Malam yang penuh berkah dimana dijelaskan atau ditetapkan segala urusan besar dengan kebijaksanaan" 

Al Quran yang turun pada malam Lailatul Qadar diartikan bahwa pada malam itulah Allah mengatur dan menetapkan khiththah dan strategi untuk Nabi Muhammad dalam mengajak manusia menuju ke agama yang benar dan akhirnya akan menetapkan perjalanan sejarah umat manusia secara individu ataupun kelompok.

Makna kedua, Qadar diartikan sebagai kemuliaan. Pada malam itu menjadi malam yang tak ada bandingannya dengan malam-malam lainnya. Sebab, malam itu terpilih sebagai malam diturunkannya Al Quran dan menjadi titik tolak dari segala kemuliaan yang diraih.

Makna kata mulia ini tertuang dalam Surat Al An'am ayat 91 yang berbicara tentang kaum musyrik. 

Berikut bunyi Surat Al-An'am, ayat 91, "Mereka itu tidak memuliakan Allah sebagaimana kemuliaan yang semestinya, tatkala mereka berkata bahwa Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia".

Adapun pada makna ketiga, Qadar mengandung arti sempit. Maksud dari makna ini adalah bahwa malam tersebut adalah malam yang sempit karena banyak malaikat yang turun ke bumi. 

Penjelasan makna ini ditegaskan dalam Surat Al Qadar ayat 4,"Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan".

Tak hanya itu, makna Qadar yang artinya sempit juga tertuang dalam Surat Ar Ra'du ayat 26, "Allah melapangkan rezeki bagi yang dikehendaki dan mempersempitnya bagi yang dikehendakinya".
Dari ketiga pendapat, makna yang disebutkan, pendapat pertama dan kedualah yang paling sesuai dengan penamaan malam tersebut dengan Lailatul Qadar.

Tidak ada seorang makhluk hidup di muka bumi ini yang mengetahui secara pasti kapan Lailatul Qadar terjadi. Tujuannya agar manusia terus berusaha meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. 

Sebagaimana kita ketahui selama ini, bahwasannya sebagian kaum muslimin hanya bersemangat mengisi bulan-bulan Ramadan dengan serangkaian ibadah, baik sunnah maupun wajib, di awal-awal bulan Ramadhan saja. 

Semoga dengan ketidakpastian keberadaan Lailatul Qadar di salah satu malam terakhir bulan ramadhan, akan memacu semangat kaum muslimin untuk terus konsisten meningkatkan kebaikan dan ibadah dari awal ramadhan hingga akhirnya. Yang akan memberi pengaruh positif di bulan-bulan lainnya.

Rasulullah memiliki cara tersendiri menyambut malam Lailatul Qadar. Diantara upaya yang diajarkan Rasulullah SAW untuk menggapai malam Lailatul Qadar adalah dengan memperbanyak ibadah dan berdzikir kepada Allah SWT di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.

Hal ini tertuang dalam hadis riwayat Al Bukhari bahwa "Nabi Muhammad SAW ketika memasuki sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan memilih fokus beribadah, mengisi malamnya dengan dengan ibadah, dan membangunkan keluarganya untuk ikut beribadah."

Merujuk pada hadis tersebut, dapat disimpulkan sepuluh malam terakhir ramadhan merupakan waktu yang terbaik untuk beribadah. 

Menurut Kitab Syarh Shahih al-Bukhari karya Ibnu Bathal, dalam hadis ini memberitahukan kepada kita bahwa malam Lailatul Qadar ada pada sepuluh malam terakhir di bulan ramadhan.

Imam An-Nawawi dalam Kitab Al-Adzkar menjelaskan ada beberapa amalan yang sangat dianjurkan di malam lailatul qadar. 

Meskipun kita tidak mengetahui secara pasti kapan lailatul qadar turun, namun amalan ini bisa terus dilakukan sepanjang ramadhan, khususnya di sepuluh malam terakhir. 

Sebagaimana dalam sebuah riwayat dari sanad yang shahih dalam kitab al-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah, dan lain-lain bahwa Aisyah RA pernah berkata, ‘Wahai Rasulullah, andaikan aku mengetahui lailatul qadar, apa yang bagus aku baca?’ Rasulullah menjawab, ‘Bacalah Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni’ (Wahai Tuhan, Engkau Maha Pengampun, menyukai orang yang minta ampunan, ampunilah aku). 

Selain itu, umat muslim juga dianjurkan beritikaf di masjid, memperbanyak intensitas penghambaan kepada Allah SWT.

Aisyah RA mendeskripsikan tingkat intensitas ibadah yang Rasulullah SAW dilakukan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, Aisyah RA berkata:
“Bahwasannya Rasulullah SAW jika ingin melaksanakan I'tikaf ia masuk ke dalam tempat I'tikaf nya, setelah melaksanakan shalat subuh, dan beliau senantiasa membuat tempat khusus (semacam kemah) untuk beritikaf ketika beliau ingin melaksanakan itikaf di sepuluh terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari).”
Berdasarkan hadis tersebut, beberapa fuqaha berpendapat bahwasannya I'tikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan di mulai setelah salat subuh di hari kedua puluh Ramadhan. 
Sedangkan, hal-hal yang disunahkan ketika beritikaf adalah memperbanyak dzikir kepada Allah SWT, serta memperbanyak salat sunnah sebagai bentuk penghambaan seutuhnya kepada Allah SWT.

Begitulah cara rasulullah menggapai lailatul qadar. Oleh sebab itu usahakan setiap malam di sepuluh terakhir diisi dengan memperbanyak ibadah. Usahakan tidak ada satu malam pun yang tidak dihiasi dengan ibadah, supaya malam lailatul qadar tidak terlewatkan. 
Semoga pembaca dan Jemaah Mesjid Al Musannif Kompleks Cemara Asri beserta umat muslim di seluruh dunia bisa mendapat kesempatan dari Alloh SWT untuk bertemu dengan malam terbaik itu, Malam "Lailatul Qadar ". Wallahu a’lam.
Komentar

Tampilkan

  • Menggapai Lailatul Qadar, Ikuti Sunnah Rasulullah
  • 0

Terkini