Polisi menggerebek rumah tersebut dan menemukan 23 unit sepeda motor yang diduga hasil begal. Sebagian tersimpan di dapur, sisanya berderet rapi di ruang tamu. Seperti showroom gelap yang tak pernah buka ke publik.
“Waktu saya masuk, saya terkejut. Motor ada di mana-mana. Di dapur, di ruang tamu,” kata Zullaiha Lubis, Kepala Lingkungan XI, yang diminta polisi untuk mendampingi operasi itu pada Sabtu malam (7/6).
Dari penggerebekan itu, tiga orang diamankan: sang istri dan dua anak. Suaminya—yang disebut pemilik usaha las—tak ada di rumah. Hingga kini, dia masih buron.
“Katanya motor-motor itu cuma dititip. Tapi saat polisi minta suratnya, tak bisa ditunjukkan. Gimana itu?” ujar Zullaiha.
Pasangan itu sudah tinggal di sana 2–3 tahun. Rumah itu mereka bangun sendiri. Tak pernah ribut, tak pernah bikin masalah. Tapi kini, jadi sorotan satu kota.
Polisi Bicara Singkat: “Masih Kami Kembangkan”
Iptu Eko Sanjaya, Kepala Unit Resmob Satuan Reskrim Polrestabes Medan, membenarkan penggerebekan.
“Benar, kami amankan puluhan motor dan beberapa terduga pelaku. Masih pengembangan,” ujarnya singkat.
Operasi ini jadi babak baru dari perburuan sindikat begal motor di Kota Medan. Masyarakat berharap, ini bukan akhir, melainkan pintu pembuka ke jaringan yang lebih besar.
Ketika Kejahatan Tumbuh Diam-Diam di Rumah Sebelah
Kejadian ini mengguncang warga. Bagaimana mungkin, gudang motor curian berdiri tepat di tengah permukiman, tanpa ada yang curiga?
Di kota besar seperti Medan, mungkin kita perlu lebih waspada. Karena terkadang, yang terlihat paling “biasa”, justru menyimpan rahasia paling gelap.
