"Dengan pabrik ini, kita tidak hanya memproduksi cerutu, tapi juga memperkuat posisi tembakau Deli di pasar dunia. Ini bukti nyata hilirisasi yang selama ini kita dorong," ujar Region Head PTPN 1 Regional 1, Didik Prasetyo, dalam sambutannya.
Didik optimis, cerutu buatan Tandem Hulu bisa menjadi primadona baru di kalangan penikmat cerutu. “Syukur-syukur bisa jadi favorit dunia,” katanya.
Cerutu Seri Helvetia dan Saentis Siap Dilirik Dunia
Pabrik yang sepenuhnya menggunakan daun tembakau dari kebun Helvetia ini telah memproduksi 2.460 batang cerutu untuk seri Helvetia dan Saentis, dengan target 6.000 batang hingga akhir 2025.
"Semua persyaratan industri sudah kami penuhi. Produk siap diedarkan secara nasional maupun internasional," kata Manager Unit Tembakau Henri Tua Hutabarat.
Tembakau Deli: Warisan Sejak 1863
Dikenal sejak era kolonial tahun 1863, tembakau Deli tetap menjadi primadona. Lembaran daunnya yang halus, lentur, berwarna cerah dan merata, serta memiliki kualitas pembakaran yang baik, menjadikannya bahan pembungkus cerutu terbaik.
“Cerutu dari tembakau Deli punya kelas tersendiri. Apalagi kita kemas dengan nama-nama bersejarah seperti Helvetia, Saentis, Klumpang, Bulu Cina. Ini akan jadi magnet kuat di pasar internasional,” ujar Kasubag Humas PTPN 1 Regional 1, Rahmat Kurniawan.
Kolaborasi dan Optimisme Pasar
Peresmian ini juga dihadiri oleh pemilik Sejahtera Cerutu Indonesia, mitra produksi dari Kebumen, serta pengusaha dan penikmat cerutu dari Jakarta. Salah satunya Frederico Kedang, brand owner Sultan Cigar Indonesia, yang menyambut baik hadirnya pabrik ini.
“Langkah ini penting untuk membawa Indonesia masuk ke peta industri cerutu dunia,” kata Frederico.
