Notification

×
Copyright © Best Viral Premium Blogger Templates

Iklan

Studi Kelayakan BMC, Inovasi Hibrida Briket Sehat Berbasis Limbah BFD PT. Inalum, Cangkang Kerang & Tempurung Kelapa Implemented Ekonomi Sirkular, Zero Waste, Hepta Helix Collaboration, SDG’s, Ekonomi Biru & Proper Gold

Jumat, 21 Februari 2025, Februari 21, 2025 WIB Last Updated 2025-02-22T08:34:10Z

 


oleh :

Tim Researcher & Contributor:

1.  KH. Dr. Muhammad Sontang Sihotang S.Si, M.Si*, Kepala Laboratorium Fisika Nuklir, Prodi Fisika, Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam, Peneliti Pusat Unggulan Ipteks Karbon & Kemenyan-Universitas Sumatera Utara (USU)-Medan, Wapemred WasantaraOnline.com

2.  Ir. Nuryana, Direktur Kelembagaan dan Kerjasama YGSN (Yayasan Gerakan Solidaritas Nasional-Jakarta), Assessor Nasional Pra Assessmen Mandiri (Proses Pemilihan Nominasi Calon Komisaris Independen BUMN wilayah Indonesia Timur

3.  Pamungkas (Staff Seksi Pabrik Baking Plant (SBA) PT. Inalum)- Desa Kuala Tanjung, Kec. Sei Suka Kab.Batu Bara


Secara umum, Industri pengolahan aluminium menghasilkan limbah baking filter dust (BFD) yang berpotensi mencemari lingkungan. Pemanfaatan BFD bersama limbah cangkang kerang dan tempurung kelapa sebagai bahan baku briket sehat merupakan inovasi dalam mendukung ekonomi sirkular dan konsep zero waste. Kajian ini menganalisis kelayakan Bisnis Model Canvas (BMC) untuk produksi briket sehat hibrida, dengan mempertimbangkan keterlibatan Model Hepta Helix, pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), penerapan ekonomi biru, dan perolehan Proper Gold. Analisis mencakup evaluasi aspek teknis, finansial, lingkungan, serta pendapat publik dan pakar terkait fenomena ini.

Kata Kunci: Briket sehat, baking filter dust, cangkang kerang, tempurung kelapa, ekonomi sirkular, zero waste, Model Hepta Helix, SDGs, ekonomi biru, Proper Gold.

Pendahuluan

Pengelolaan limbah industri merupakan tantangan utama dalam menjaga kelestarian lingkungan. PT. Inalum, sebagai produsen aluminium terkemuka di Indonesia, menghasilkan limbah baking filter dust (BFD) yang memerlukan penangan an khusus. Di sisi lain, limbah cangkang kerang dan tempurung kelapa melimpah di berbagai daerah, namun pemanfaatannya belum optimal. Inovasi pemanfaatan ketiga limbah tersebut sebagai bahan baku briket sehat sejalan dengan konsep ekonomi sirkular dan zero waste, serta mendukung pencapaian SDGs dan penerapan ekonomi biru. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan bisnis produksi briket sehat hibrida melalui pendekatan Business Model Canvas, dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan sesuai Model Hepta Helix, serta memper timbangkan opini publik dan pakar terkait.

Permasalahan Kajian

Inovasi briket sehat berbasis limbah Baking Filter Dust (BFD) PT. Inalum, cangkang kerang, dan tempurung kelapa memiliki potensi besar dalam mendukung transisi energi bersih dan penerapan ekonomi sirkular. Namun, terdapat berbagai permasalahan yang harus diatasi agar bisnis ini dapat berkembang secara optimal dan berkelanjutan. Permasalahan utama yang diidentifikasi mencakup aspek teknis, ekonomi, lingkungan, regulasi, sosial, serta sinergi pemangku kepentingan dalam model Hepta Helix.


1. Permasalahan Teknis: Efisiensi Produksi dan Kualitas Produk

  • Komposisi ideal bahan baku belum terstandarisasi untuk menghasilkan briket dengan efisiensi pembakaran yang optimal, baik dari segi panas, emisi karbon, maupun daya tahan.
  • Proses pengolahan BFD menjadi bahan baku yang aman untuk digunakan masih memerlukan penelitian lebih lanjut agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan.
  • Skalabilitas produksi masih menjadi tantangan, terutama dalam ketersediaan teknologi yang mampu memproses bahan baku dengan kapasitas besar secara efisien.

2. Permasalahan Ekonomi: Kelayakan Bisnis dan Daya Saing Pasar

  • Biaya produksi yang kompetitif menjadi faktor penentu keberlanjutan bisnis. Jika harga bahan baku atau produksi terlalu tinggi, briket sehat sulit bersaing dengan energi konvensional seperti batu bara atau gas LPG.
  • Akses ke pasar dan adopsi industri masih terbatas, karena banyak industri masih bergantung pada bahan bakar fosil yang dianggap lebih murah dan tersedia dalam jumlah besar.
  • Kurangnya dukungan investasi hijau dan skema insentif fiskal, seperti pajak karbon atau subsidi energi bersih, menyebabkan keterbatasan modal bagi produsen skala kecil dan menengah untuk memperluas bisnis.

3. Permasalahan Lingkungan: Pengelolaan Limbah dan Regulasi

  • Pengolahan limbah BFD yang aman dan berkelanjutan masih menjadi tantangan, karena limbah ini berasal dari proses industri aluminium yang berpotensi mengandung residu kimia tertentu.
  • Standarisasi produk ramah lingkungan perlu diperjelas agar briket sehat dapat memenuhi sertifikasi Proper Gold dan masuk ke dalam program energi hijau pemerintah.
  • Dampak lingkungan dari rantai pasok bahan baku, terutama dalam pengumpulan cangkang kerang dan tempurung kelapa, perlu dipastikan tidak menimbulkan eksploitasi sumber daya secara berlebihan.

4. Permasalahan Sosial: Kesadaran Publik dan Pemberdayaan Masyarakat

  • Kurangnya edukasi dan sosialisasi tentang manfaat briket sehat dibandingkan bahan bakar konvensional menyebabkan rendahnya adopsi di sektor rumah tangga dan industri.
  • Keterlibatan komunitas dan UMKM dalam rantai nilai bisnis masih perlu diperkuat agar masyarakat dapat memperoleh manfaat ekonomi dari produksi dan distribusi briket sehat.
  • Persepsi negatif terhadap produk berbasis limbah perlu diatasi dengan pendekatan branding dan transparansi informasi mengenai kualitas serta keamanannya.

5. Permasalahan Regulasi: Dukungan Pemerintah dan Kebijakan Insentif

  • Belum adanya kebijakan insentif yang kuat bagi industri yang menggunakan energi berbasis briket sehat, seperti subsidi atau pembebasan pajak.
  • Keterbatasan regulasi dan standar kualitas nasional untuk briket berbasis limbah menyebabkan ketidakpastian dalam pemasaran dan distribusi produk.
  • Kurangnya sinergi lintas kementerian dan pemangku kepentingan dalam mendukung transisi energi bersih berbasis bioenergi menghambat percepatan implementasi bisnis ini.

6. Permasalahan Kolaborasi: Implementasi Model Hepta Helix

  • Keterlibatan akademisi masih terbatas dalam pengembangan riset dan transfer teknologi ke industri.
  • Industri besar belum memiliki insentif kuat untuk beralih ke energi briket sehat, terutama karena ketergantungan pada energi fosil yang lebih mapan.
  • Sinergi antara pemerintah, media, dan investor masih belum optimal, menyebabkan keterbatasan akses informasi, pendanaan, dan promosi dalam pengembangan skala bisnis.

Tujuan Kajian

Kajian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan bisnis model canvas dalam pengembangan briket sehat berbasis limbah Baking Filter Dust (BFD) PT. Inalum, cangkang kerang, dan tempurung kelapa sebagai bagian dari strategi ekonomi sirkular, zero waste, ekonomi biru, dan transisi energi berkelanjutan. Secara khusus, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:


1. Analisis Kelayakan Bisnis Briket Sehat

🔹 Menganalisis kelayakan teknis, ekonomi, dan finansial dari produksi briket sehat berbasis limbah industri dan organik.
🔹 Menggunakan pendekatan Business Model Canvas (BMC) untuk mengidentifikasi nilai tambah, segmen pelanggan, model pendapatan, dan strategi operasional bisnis.
🔹 Menilai daya saing produk di pasar energi alternatif dengan membandingkan biaya produksi, efisiensi pembakaran, dan manfaat lingkungan dibandingkan dengan bahan bakar konvensional seperti batu bara dan LPG.


2. Integrasi Model Hepta Helix dalam Pengembangan Briket Sehat

🔹 Mengkaji peran dan sinergi tujuh elemen dalam Model Hepta Helix, yaitu akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, media, pendanaan/investor, dan lingkungan dalam mendukung keberlanjutan inovasi briket sehat.
🔹 Mengembangkan strategi kolaborasi multi-pihak untuk meningkatkan kapasitas produksi, distribusi, dan penerapan regulasi terkait energi hijau.
🔹 Menilai efektivitas program kemitraan antara dunia akademik, industri, dan pemerintah dalam mendukung pengembangan teknologi dan ekosistem bisnis briket sehat.


3. Kajian Aspek Lingkungan dan Keberlanjutan (Zero Waste, SDGs, dan Ekonomi Biru)

🔹 Menganalisis dampak lingkungan dari pemanfaatan limbah BFD, cangkang kerang, dan tempurung kelapa sebagai bahan baku briket sehat dalam perspektif ekonomi sirkular dan zero waste.
🔹 Menilai kontribusi briket sehat terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam bidang energi bersih, konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, serta pengurangan emisi karbon.
🔹 Mengkaji bagaimana konsep ekonomi biru dapat diterapkan dalam rantai pasok bahan baku briket sehat, khususnya dalam pemanfaatan limbah perairan seperti cangkang kerang untuk mendukung ekosistem laut yang lebih bersih.


4. Evaluasi Regulasi, Insentif, dan Dukungan Kebijakan Pemerintah

🔹 Mengidentifikasi kebijakan yang mendukung pengembangan energi alternatif berbasis biomassa, termasuk regulasi tentang pajak karbon, insentif industri hijau, dan subsidi energi terbarukan.
🔹 Menilai peluang sertifikasi Proper Gold bagi PT. Inalum dan industri pengguna briket sehat sebagai langkah dalam meningkatkan standar lingkungan perusahaan.
🔹 Mengusulkan rekomendasi kebijakan bagi pemerintah dan pemangku kepentingan untuk mempercepat transisi ke energi ramah lingkungan melalui inovasi briket sehat berbasis limbah.


5. Strategi Implementasi dan Model Skalabilitas Bisnis Briket Sehat

🔹 Mengembangkan strategi distribusi dan pemasaran untuk meningkatkan adopsi briket sehat di sektor industri dan rumah tangga.
🔹 Mengkaji model keuangan bisnis (profit & loss development), termasuk analisis pendapatan, biaya produksi, dan strategi investasi untuk mempercepat skala bisnis.
🔹 Mengusulkan roadmap implementasi bisnis dalam jangka pendek, menengah, dan panjang untuk memastikan keberlanjutan inovasi briket sehat dalam skala industri dan komunitas.

Manfaat Kajian

Kajian ini memiliki berbagai manfaat yang dapat memberikan kontribusi bagi ilmuwan, praktisi industri, pemerintah, komunitas, serta pemangku kepentingan lainnya dalam pengembangan briket sehat berbasis limbah Baking Filter Dust (BFD), cangkang kerang, dan tempurung kelapa. Manfaat tersebut mencakup aspek ilmiah, ekonomi, sosial, lingkungan, kebijakan, serta implementasi bisnis dan inovasi teknologi.


1. Manfaat Ilmiah dan Akademik

📌 Mengembangkan kajian akademik terkait energi terbarukan berbasis limbah industri dan organik dalam perspektif ekonomi sirkular, zero waste, dan ekonomi biru.
📌 Menjadi referensi bagi penelitian lebih lanjut dalam bidang material energi terbarukan, teknologi briket, serta dampak lingkungan dari penggunaan biomassa sebagai bahan bakar alternatif.
📌 Mendorong kolaborasi akademisi dengan industri dan pemerintah dalam penelitian, inovasi, serta implementasi kebijakan terkait energi hijau dan teknologi berbasis biomassa.


2. Manfaat Ekonomi dan Bisnis

📌 Menganalisis kelayakan bisnis model canvas untuk briket sehat, sehingga dapat digunakan oleh industri sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi.
📌 Membantu pelaku usaha dan UMKM dalam mengembangkan produk briket sehat dengan strategi pemasaran yang tepat dan jaringan distribusi yang luas.
📌 Menunjukkan potensi bisnis berbasis energi hijau yang kompetitif, termasuk peluang pendanaan dari sektor publik dan swasta untuk mendukung industri energi berbasis limbah.
📌 Meningkatkan daya saing industri lokal dalam transisi ke energi bersih, sekaligus mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang lebih mahal dan memiliki dampak lingkungan tinggi.


3. Manfaat Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat

📌 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan UMKM lokal melalui pemberdayaan ekonomi berbasis energi terbarukan, khususnya dalam produksi dan distribusi briket sehat.
📌 Mengurangi beban biaya energi bagi rumah tangga dan sektor usaha kecil, karena briket sehat dapat menjadi alternatif bahan bakar yang lebih ekonomis dibandingkan LPG dan batu bara.
📌 Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai energi hijau dan lingkungan, sehingga mendorong perubahan perilaku dalam penggunaan energi yang lebih berkelanjutan.


4. Manfaat Lingkungan dan Keberlanjutan

📌 Mengurangi limbah industri dan organik secara signifikan, khususnya limbah BFD dari industri aluminium, cangkang kerang dari sektor perikanan, dan tempurung kelapa dari pertanian.
📌 Mendukung implementasi ekonomi sirkular dan zero waste, dengan memastikan limbah tidak hanya dibuang tetapi dikonversi menjadi produk yang bernilai ekonomi dan lingkungan.
📌 Mengurangi emisi karbon dan pencemaran lingkungan, karena briket sehat memiliki emisi lebih rendah dibandingkan bahan bakar fosil dan dapat berkontribusi pada target net-zero emission.
📌 Mendukung pemulihan ekosistem laut dan darat, karena pemanfaatan limbah cangkang kerang dapat membantu mengurangi polusi perairan dan meningkatkan kualitas lingkungan pesisir.


5. Manfaat Kebijakan dan Regulasi Pemerintah

📌 Memberikan rekomendasi bagi pemerintah dalam penyusunan kebijakan energi hijau, terutama terkait subsidi energi terbarukan, pajak karbon, dan regulasi pemanfaatan limbah industri sebagai bahan bakar alternatif.
📌 Mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam sektor energi bersih, konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, serta mitigasi perubahan iklim.
📌 Mendorong pemerintah dan perusahaan industri untuk meningkatkan standar keberlanjutan dengan memperoleh Proper Gold sebagai bentuk pengakuan atas praktik ramah lingkungan dalam operasional bisnis mereka.
📌 Menawarkan solusi praktis bagi industri untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil, melalui insentif kebijakan yang dapat mendorong adopsi briket sehat sebagai energi alternatif.


6. Manfaat Implementasi Model Hepta Helix

📌 Memperkuat kolaborasi antara akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, media, investor, dan pegiat lingkungan dalam pengembangan energi terbarukan berbasis biomassa.
📌 Mendorong keterlibatan industri besar dalam inovasi energi hijau, dengan membangun rantai pasok yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
📌 Membantu investor dan lembaga keuangan dalam menilai kelayakan proyek energi berbasis limbah, sehingga mempercepat pendanaan dan pengembangan skala industri.
📌 Menyediakan peta jalan (roadmap) bagi industri dan pemerintah dalam mengintegrasikan ekonomi hijau ke dalam sistem energi nasional.

Metodologi

Kajian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan analisis Business Model Canvas yang mencakup sembilan elemen: Segmen Pelanggan, Proposisi Nilai, Saluran, Hubungan Pelanggan, Arus Pendapatan, Sumber Daya Utama, Aktivitas Utama, Kemitraan Utama, dan Struktur Biaya. Data diperoleh melalui studi literatur, wawancara dengan pakar, serta analisis media untuk mengumpulkan opini publik terkait inovasi briket sehat dari limbah. Analisis SWOT dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam pengembangan bisnis ini.

Hasil dan Pembahasan

1.  Analisis Business Model Canvas

o    Segmen Pelanggan: Industri rumah tangga, restoran, dan sektor industri kecil menengah yang membutuhkan sumber energi alternatif ramah lingkungan.

o    Proposisi Nilai: Briket sehat dengan bahan baku limbah yang memiliki efisiensi tinggi, harga kompetitif, dan ramah lingkungan.

o    Saluran: Distribusi melalui jaringan pemasaran langsung, e-commerce, dan kemitraan dengan distributor energi terbarukan.

o    Hubungan Pelanggan: Pendekatan personal melalui layanan purna jual, edukasi penggunaan produk, dan program loyalitas pelanggan.

o    Arus Pendapatan: Penjualan langsung briket, kontrak suplai dengan industri, dan potensi penjualan kredit karbon.

o    Sumber Daya Utama: Akses terhadap limbah BFD, cangkang kerang, dan tempurung kelapa; fasilitas produksi; tenaga ahli; dan jaringan distribusi.

o    Aktivitas Utama: Pengumpulan dan pengolahan limbah, produksi briket, pengendalian kualitas, dan pemasaran.

o    Kemitraan Utama: Kerja sama dengan PT. Inalum, pemasok limbah cangkang kerang dan tempurung kelapa, institusi kajian, pemerintah, dan komunitas lokal.

o    Struktur Biaya: Biaya pengadaan bahan baku, operasional produksi, distribusi, pemasaran, dan pengembangan produk.

2.  Analisis SWOT

o    Kekuatan: Pemanfaatan limbah sebagai bahan baku mengurangi biaya produksi dan dampak lingkungan; produk ramah lingkungan sesuai tren pasar.

o    Kelemahan: Keterbatasan teknologi pengolahan limbah BFD; kebutuhan edukasi pasar terkait manfaat briket sehat.

o    Peluang: Dukungan regulasi pemerintah terhadap energi terbarukan; meningkatnya kesadaran masyarakat akan lingkungan; potensi ekspor ke negara dengan permintaan briket tinggi.

o    Ancaman: Persaingan dengan produsen briket konvensional; fluktuasi harga bahan baku alternatif; perubahan kebijakan lingkungan yang dapat mempengaruhi operasional.

ANALISIS SWOT

A. Strengths (Kekuatan)

1.  Ramah Lingkungan - Produk briket berbasis limbah mendukung konsep Zero Waste dan Ekonomi Sirkular.

2.  Bahan Baku Berlimpah - Limbah BFD dari PT. Inalum, cangkang kerang, dan tempurung kelapa tersedia dalam jumlah besar.

3.  Teknologi Inovatif - Penggunaan kombinasi limbah untuk menciptakan briket dengan daya kalor tinggi.

4.  Mendukung SDG’s dan Proper Gold - Sejalan dengan target Sustainable Development Goals (SDG’s) dan standar Proper Gold.

5.  Biaya Produksi Relatif Murah - Memanfaatkan limbah yang bernilai rendah tetapi menghasilkan produk bernilai tinggi.

B. Weaknesses (Kelemahan)

1.  Kurangnya Kesadaran Masyarakat - Edukasi masih diperlukan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang manfaat briket sehat.

2.  Persaingan dengan Bahan Bakar Fosil - Harga briket mungkin lebih mahal dibandingkan dengan bahan bakar konvensional seperti batu bara.

3.  Keterbatasan Infrastruktur - Fasilitas produksi masih memerlukan investasi lebih besar dalam aspek teknologi dan distribusi.

4.  Daya Tahan Produk - Briket berbasis limbah organik mungkin memiliki daya tahan lebih rendah dibandingkan dengan briket konvensional.

C. Opportunities (Peluang)

1.  Dukungan Pemerintah - Kebijakan energi terbarukan dan insentif bagi industri hijau semakin berkembang.

2.  Pasar yang Luas - Briket dapat digunakan oleh industri, restoran, UMKM, dan rumah tangga.

3.  Kemitraan Strategis - Kolaborasi dengan industri, akademisi, dan pemerintah dalam kerangka Hepta Helix Model.

4.  Ekspor Produk - Permintaan global terhadap bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan terus meningkat.

5.  Penghargaan dan Sertifikasi - Potensi untuk mendapatkan pengakuan dari lembaga lingkungan internasional.

D. Threats (Ancaman)

1.  Regulasi Lingkungan yang Ketat - Standarisasi emisi dan perizinan industri bisa menjadi tantangan.

2.  Fluktuasi Harga Pasar - Harga bahan baku alternatif dan pasar energi terbarukan masih fluktuatif.

3.  Adaptasi Konsumen yang Lambat - Masyarakat mungkin masih memilih bahan bakar tradisional karena kebiasaan atau harga lebih murah.

4.  Persaingan dengan Produk Substitusi - Briket lain berbasis serbuk kayu atau biomassa lainnya juga berkembang di pasaran.

Dengan mempertimbangkan analisis SWOT ini, strategi bisnis untuk inovasi hibrida briket sehat perlu difokuskan pada peningkatan kesadaran masyarakat, optimalisasi infrastruktur produksi, serta kemitraan dengan sektor swasta dan pemerintah untuk mendukung implementasi bisnis yang berkelanjutan.

Program Kolaborasi Model Hepta Helix dalam Bisnis Briket Sehat Berbasis Limbah

Dalam mengembangkan bisnis briket sehat berbasis limbah Baking Filter Dust (BFD), cangkang kerang, dan tempurung kelapa, model Hepta Helix menjadi pendekatan strategis untuk memastikan keberlanjutan inovasi dan pertumbuhan bisnis. Model ini mengintegrasikan 7 elemen utama dalam ekosistem inovasi, yaitu:

1.  Akademisi

2.  Bisnis (Industri/Perusahaan)

3.  Komunitas (Masyarakat, UMKM, Kelompok Sosial)

4.  Pemerintah

5.  Media

6.  Pendanaan/Investor

7.  Lingkungan (Kelestarian Ekosistem & Regulasi Lingkungan)

Berikut adalah program kolaborasi yang dirancang untuk setiap elemen Hepta Helix dalam pengembangan bisnis briket sehat ini.

1. Akademisi: Kajian & Inovasi Teknologi Briket Sehat

Program Kolaborasi: "Green Innovation Lab"

Bersama dengan Universitas Sumatera Utara (USU) dan lembaga kajian terkait, program ini akan:

  • Mengembangkan teknologi optimasi bahan baku limbah BFD, cangkang kerang, dan tempurung kelapa untuk meningkatkan efisiensi pembakaran.
  • Melakukan uji laboratorium emisi karbon guna memastikan standar lingkungan dan efisiensi energi.
  • Membuka peluang riset bersama untuk inovasi energi terbarukan berbasis limbah.

📌 Target Output:

  • Paten teknologi briket sehat berbasis limbah.
  • Publikasi ilmiah di jurnal bereputasi (Scopus Q1/Q2).
  • Transfer teknologi dari akademisi ke industri.

2. Bisnis: Sinergi Industri untuk Produksi & Distribusi

Program Kolaborasi: "Green Industry Partnership"

Kolaborasi dengan PT Inalum dan industri lain dalam:

  • Penyediaan bahan baku limbah BFD dari industri aluminium sebagai bagian dari kebijakan circular economy dan zero waste.
  • Distribusi dan pemasaran briket sehat melalui jaringan bisnis energi terbarukan.
  • Implementasi strategi carbon credit trading untuk mendapatkan insentif dari pengurangan emisi karbon.

📌 Target Output:

  • Kontrak bisnis jangka panjang dengan industri pengguna energi alternatif.
  • Efisiensi produksi melalui supply chain yang stabil.

3. Komunitas: Pemberdayaan Masyarakat & UMKM Energi Terbarukan

Program Kolaborasi: "Sustainable Community Energy"

Membentuk kelompok usaha bersama (KUB) & koperasi energi terbarukan di daerah pesisir dan perkotaan, dengan:

  • Pelatihan produksi briket sehat berbasis bahan baku lokal (tempurung kelapa, cangkang kerang).
  • Skema kemitraan dengan UMKM sebagai distributor briket sehat.
  • Program edukasi penggunaan briket sehat sebagai alternatif pengganti gas LPG & batu bara di sektor rumah tangga dan industri kecil.

📌 Target Output:

  • 50+ UMKM dan kelompok masyarakat menjadi mitra produksi & distribusi briket sehat.
  • Peningkatan ekonomi masyarakat melalui produk ramah lingkungan.

4. Pemerintah: Dukungan Regulasi & Insentif Kebijakan

Program Kolaborasi: "Green Policy Accelerator"

Kolaborasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan (KLHK), Kementerian Perindustrian, dan Pemerintah Daerah untuk:

  • Pengajuan insentif fiskal bagi industri yang menggunakan briket sehat sebagai sumber energi.
  • Integrasi briket sehat dalam program energi hijau nasional.
  • Penyertaan dalam Program Proper Gold untuk penghargaan industri ramah lingkungan.

📌 Target Output:

  • Pengurangan pajak bagi industri yang beralih ke energi briket sehat.
  • Sertifikasi energi hijau untuk pengguna briket sehat di sektor manufaktur.

5. Media: Kampanye Edukasi & Branding Produk

Program Kolaborasi: "Green Awareness Campaign"

Bekerja sama dengan media nasional & digital untuk:

  • Kampanye media sosial & TV terkait manfaat briket sehat.
  • Program CSR bersama media untuk mendukung rumah tangga beralih ke energi ramah lingkungan.
  • Penyebaran studi kasus & keberhasilan penggunaan briket sehat di industri dan rumah tangga.

📌 Target Output:

  • 10+ juta impresi dari kampanye digital & media sosial.
  • 100+ berita edukasi di media nasional.

6. Pendanaan & Investor: Model Pembiayaan Hijau & Impact Investment

Program Kolaborasi: "Green Finance Initiative"

Kolaborasi dengan Bank Hijau Indonesia, venture capital, dan program CSR perusahaan untuk:

  • Skema pendanaan hijau bagi pengembangan industri briket sehat.
  • Program crowdfunding & impact investment untuk masyarakat yang ingin berinvestasi dalam bisnis energi bersih.
  • Kemitraan dengan startup energi hijau untuk digitalisasi sistem distribusi briket sehat.

📌 Target Output:

  • Pendanaan Rp 5 Miliar untuk ekspansi bisnis briket sehat.
  • Akses modal bagi UMKM & komunitas dalam produksi briket sehat.

7. Lingkungan: Pengelolaan Limbah & Ekonomi Biru

Program Kolaborasi: "Zero Waste Circular Economy"

Kolaborasi dengan pemerintah daerah, industri, dan NGO lingkungan untuk:

  • Pengolahan limbah BFD sebagai sumber daya energi untuk mengurangi dampak pencemaran industri.
  • Edukasi & integrasi ekonomi biru dalam industri pengolahan limbah.
  • Pemanfaatan kredit karbon dari penggunaan briket sehat sebagai energi bersih.

📌 Target Output:

  • Pengurangan 100+ ton limbah industri per tahun.
  • Konversi 500+ rumah tangga dari LPG ke briket sehat.

Model Bisnis: Development Profit & Loss Briket Sehat dari Limbah BFD, Cangkang Kerang, dan Tempurung Kelapa

Model bisnis ini dikembangkan untuk menilai aspek keuangan dari produksi briket sehat berbasis limbah. Analisis profit & loss dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai aspek seperti biaya produksi, pendapatan, margin keuntungan, serta break-even point (BEP).

1. Sumber Pendapatan (Revenue Streams)

Pendapatan dalam bisnis briket sehat ini berasal dari berbagai sumber, antara lain:

1.  Penjualan Briket Sehat

o    Target pasar: rumah tangga, restoran, industri kecil-menengah, perusahaan manufaktur yang ingin mengurangi emisi karbon.

o    Harga jual per kg: Rp 4.500 - Rp 5.000

o    Volume produksi per bulan: 50.000 kg

o    Estimasi pendapatan per bulan:
Rp 4.500 x 50.000 kg = Rp 225.000.000

2.  Kontrak Supply ke Industri Besar & BUMN

o    PT. Inalum, pabrik-pabrik industri, serta perusahaan dengan kebijakan lingkungan yang ketat dapat menjadi pelanggan tetap.

o    Potensi pendapatan dari kontrak bulk order: Rp 100.000.000 per bulan.

3.  Program Kredit Karbon (Carbon Credit Market)

o    Briket sehat memiliki emisi karbon lebih rendah dibandingkan batu bara, sehingga dapat didaftarkan dalam program perdagangan karbon.

o    Potensi pendapatan dari sertifikat kredit karbon: Rp 25.000.000 per bulan.

4.  Pendapatan dari Kemitraan & CSR

o    Perusahaan yang memiliki program CSR untuk lingkungan dapat berinvestasi dalam proyek ini.

o    Potensi pendapatan: Rp 20.000.000 per bulan.

Total Pendapatan Per Bulan:
= Rp 225.000.000 (penjualan briket) + Rp 100.000.000 (kontrak bulk) + Rp 25.000.000 (kredit karbon) + Rp 20.000.000 (CSR)
= Rp 370.000.000 per bulan


2. Struktur Biaya (Cost Structure)

Komponen utama biaya produksi dan operasional meliputi:

a. Biaya Produksi

1.  Bahan Baku:

o    Baking Filter Dust (BFD): Rp 5.000/kg (diambil dari PT. Inalum dengan biaya pengolahan ulang)

o    Limbah Cangkang Kerang: Rp 1.500/kg

o    Tempurung Kelapa: Rp 2.000/kg

o    Konsumsi bahan baku per bulan: 50.000 kg

o    Total biaya bahan baku: Rp 175.000.000

2.  Biaya Tenaga Kerja Langsung:

o    Gaji pekerja pabrik (10 orang) @ Rp 4.500.000

o    Total: Rp 45.000.000

3.  Biaya Produksi Lainnya:

o    Biaya listrik dan bahan bakar mesin produksi: Rp 10.000.000

o    Biaya pemeliharaan alat produksi: Rp 5.000.000

o    Biaya transportasi bahan baku dan distribusi produk: Rp 15.000.000

o    Biaya sertifikasi produk (Proper Gold, Carbon Credit): Rp 7.000.000

Total Biaya Produksi:
Rp 175.000.000 (bahan baku) + Rp 45.000.000 (tenaga kerja) + Rp 10.000.000 (listrik) + Rp 5.000.000 (pemeliharaan) + Rp 15.000.000 (transportasi) + Rp 7.000.000 (sertifikasi)
= Rp 257.000.000 per bulan


b. Biaya Operasional & Pemasaran

1.  Pemasaran Digital & Branding (Website, Iklan, Sosial Media)

o    Biaya iklan: Rp 10.000.000 per bulan

o    Biaya pengelolaan website dan customer service: Rp 5.000.000 per bulan

2.  Komisi Distributor & Reseller

o    Distributor dan reseller akan diberikan insentif: Rp 20.000.000 per bulan

3.  Biaya Administrasi & Legalitas

o    Biaya kantor operasional dan legalitas usaha: Rp 10.000.000 per bulan

Total Biaya Operasional & Pemasaran:
Rp 10.000.000 (iklan) + Rp 5.000.000 (pengelolaan website) + Rp 20.000.000 (komisi reseller) + Rp 10.000.000 (administrasi)
= Rp 45.000.000 per bulan


3. Laba Kotor (Gross Profit)

Laba kotor dihitung dengan mengurangi pendapatan dari total biaya produksi.

Total Pendapatan: Rp 370.000.000
Total Biaya Produksi: Rp 257.000.000

Laba Kotor = Rp 370.000.000 - Rp 257.000.000 = Rp 113.000.000 per bulan


4. Laba Bersih (Net Profit)

Laba bersih dihitung dengan mengurangi laba kotor dari total biaya operasional.

Laba Kotor: Rp 113.000.000
Total Biaya Operasional & Pemasaran: Rp 45.000.000

Laba Bersih = Rp 113.000.000 - Rp 45.000.000 = Rp 68.000.000 per bulan


5. Break-Even Point (BEP)

BEP dihitung untuk mengetahui kapan bisnis ini bisa mencapai titik impas.

BEP = Total Biaya Tetap / (Harga Jual per unit - Biaya Variabel per unit)

  • Biaya Tetap = Biaya operasional tetap = Rp 45.000.000 per bulan
  • Biaya Variabel per kg = (Biaya bahan baku + tenaga kerja) / total produksi = (Rp 175.000.000 + Rp 45.000.000) / 50.000 kg = Rp 4.400/kg
  • Harga Jual per kg = Rp 4.500/kg
  • Margin Kontribusi per kg = Rp 4.500 - Rp 4.400 = Rp 100/kg

BEP (dalam unit kg briket):
= Rp 45.000.000 / Rp 100 = 450.000 kg

BEP (dalam rupiah):
= 450.000 kg × Rp 4.500/kg = Rp 2.025.000.000

Bisnis ini akan mencapai titik impas setelah penjualan mencapai Rp 2,025 Miliar atau sekitar 450.000 kg briket.

Kesimpulan

Inovasi briket sehat berbasis limbah industri dan organik tidak hanya menjadi solusi energi alternatif yang lebih ramah lingkungan, tetapi juga memperkuat model bisnis berbasis ekonomi sirkular, zero waste, dan ekonomi biru.

Dengan keterlibatan pemangku kepentingan dalam Model Hepta Helix, dukungan terhadap SDGs, penerapan prinsip Ekonomi Biru, dan potensi memperoleh Proper Gold, model bisnis ini menjadi contoh nyata bagaimana pengelolaan limbah dapat dikonversi menjadi peluang ekonomi yang berkelanjutan dan berdampak luas bagi lingkungan dan masyarakat.

  Potensi keuntungan bisnis ini cukup besar dengan laba bersih Rp 68.000.000 per bulan.

  Break-even point tercapai setelah penjualan 450.000 kg briket atau sekitar 9 bulan jika penjualan stabil.

  Pendapatan tambahan dari kredit karbon dan CSR mempercepat pencapaian BEP.

  Dengan skala produksi yang lebih besar dan strategi pemasaran yang lebih agresif, keuntungan dapat meningkat lebih signifikan.

Dengan implementasi program-program ini, bisnis briket sehat tidak hanya berorientasi profit tetapi juga berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan. Berikut dampak yang diharapkan:

Ekonomi:

  • Meningkatkan daya saing industri briket sehat dengan dukungan teknologi & inovasi.
  • Memperkuat ekonomi masyarakat melalui UMKM energi terbarukan.

Lingkungan:

  • Mengurangi limbah industri & sampah organik melalui konsep zero waste & ekonomi biru.
  • Mendorong transisi ke energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan.

Sosial:

  • Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penggunaan energi hijau.
  • Meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui program kemitraan & edukasi.

Dengan sinergi Akademisi, Bisnis, Komunitas, Pemerintah, Media, Pendanaan, dan Lingkungan, bisnis ini memiliki peluang besar untuk berkembang sebagai model ekonomi hijau yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi di pasar energi alternatif Indonesia dan global

Pengembangan bisnis briket sehat berbasis limbah BFD, cangkang kerang, dan tempurung kelapa memiliki potensi besar dalam mendukung transisi energi hijau dan ekonomi sirkular, tetapi memerlukan pendekatan holistik untuk mengatasi tantangan yang ada. Sinergi melalui Model Hepta Helix sangat penting dalam memastikan keberlanjutan bisnis ini, termasuk kolaborasi antara akademisi, industri, pemerintah, komunitas, media, pendanaan, dan regulasi lingkungan.

💡 Solusi utama yang perlu dikembangkan:
Penelitian dan pengembangan teknologi briket sehat untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan produk.
Dukungan regulasi dan insentif dari pemerintah dalam bentuk subsidi energi hijau dan skema pajak karbon.
Pemberdayaan UMKM dan komunitas lokal dalam ekosistem produksi dan distribusi briket sehat.
Kemitraan strategis dengan investor dan perusahaan besar untuk mendorong adopsi energi terbarukan berbasis limbah.
Kampanye edukasi dan promosi publik untuk meningkatkan kesadaran dan penerimaan pasar terhadap briket sehat sebagai alternatif energi berkelanjutan.

Dengan mengatasi permasalahan ini secara sistematis, inovasi briket sehat dapat menjadi bagian dari solusi zero waste, ekonomi biru, dan dekarbonisasi industri, sekaligus menciptakan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan yang lebih lua

✅ Menyediakan analisis komprehensif terkait kelayakan bisnis briket sehat berbasis limbah dalam konteks ekonomi sirkular dan transisi energi hijau.
✅ Menghasilkan strategi kolaborasi berbasis Hepta Helix untuk memperkuat ekosistem inovasi briket sehat melalui sinergi antara akademisi, industri, pemerintah, dan masyarakat.
✅ Menawarkan rekomendasi konkret bagi kebijakan pemerintah dan investasi hijau dalam mendukung pengembangan energi alternatif berbasis biomassa.
✅ Mendukung pengurangan limbah industri dan rumah tangga serta pencapaian SDGs melalui solusi energi bersih yang inovatif dan berkelanjutan.

Kajian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi industri, akademisi, dan pemangku kepentingan lainnya dalam mewujudkan bisnis hijau yang berdaya saing tinggi, ramah lingkungan, serta berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan

Kontribusi Kajian bagi Masa Depan Energi Hijau

Memberikan solusi inovatif dalam pengelolaan limbah industri dan organik melalui pengembangan briket sehat sebagai energi alternatif berkelanjutan.
Menyediakan panduan bagi industri dalam penerapan ekonomi sirkular dan zero waste, sekaligus meningkatkan daya saing bisnis berbasis energi hijau.
Membantu pemerintah dalam merancang kebijakan energi yang inklusif dan berbasis keberlanjutan, untuk mendukung dekarbonisasi sektor industri dan rumah tangga.
Mendorong partisipasi aktif masyarakat dan UMKM dalam rantai pasok energi terbarukan, sehingga menciptakan dampak sosial dan ekonomi yang lebih luas.

Dengan demikian, kajian ini dapat menjadi landasan ilmiah, ekonomi, sosial, dan kebijakan dalam mewujudkan bisnis energi hijau yang kompetitif, ramah lingkungan, serta berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.(ms2)


Komentar

Tampilkan

  • Studi Kelayakan BMC, Inovasi Hibrida Briket Sehat Berbasis Limbah BFD PT. Inalum, Cangkang Kerang & Tempurung Kelapa Implemented Ekonomi Sirkular, Zero Waste, Hepta Helix Collaboration, SDG’s, Ekonomi Biru & Proper Gold
  • 0

Terkini

Topik Populer