
Jakarta, wasantaraonline.com – Perang melawan mafia pangan memanas! Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengaku mendapat intimidasi dari pihak-pihak yang tak senang dengan upayanya membongkar praktik curang dalam tata niaga beras nasional.
Namun Amran tak mundur selangkah pun. Kepada publik, Jumat (4/7/2025), ia dengan tegas menyatakan komitmennya untuk terus melawan mafia beras meski keselamatannya sendiri dipertaruhkan.
“Kami tidak takut. Ini perintah langsung dari Presiden Prabowo untuk memberantas mafia pangan hingga ke akar-akarnya,” tegas Amran.
Menurut Amran, praktik curang dalam perdagangan beras sudah berlangsung bertahun-tahun, mulai dari pengoplosan beras subsidi hingga manipulasi harga dan kemasan. Temuan terbaru, dari investigasi bersama Bapanas, Satgas Pangan, kepolisian, dan kejaksaan, mengungkapkan bahwa lebih dari 200 merek beras melanggar aturan mutu dan harga.
Data mengejutkan, dimana
- 85,56% beras premium tidak sesuai standar mutu
- 59,78% dijual di atas harga eceran tertinggi (HET)
- 88,24% beras medium tak memenuhi standar kualitas
- 95,12% dijual di atas HET
Padahal, kata Amran, saat ini produksi padi nasional justru sedang dalam titik tertinggi dalam 57 tahun terakhir, dengan stok mencapai 4,2 juta ton. “Kenapa harga tetap mahal? Karena ada permainan,” ujarnya lantang.
Amran pun mengaku tak gentar meski sudah mulai diserang. Ia mengungkap, masa kecilnya yang penuh perjuangan menjadi inspirasi utama untuk melawan mafia pangan saat ini.
“Saya pernah makan beras dicampur pisang karena tidak mampu beli. Saya tahu rasanya lapar, dan saya tidak mau rakyat Indonesia mengalami itu lagi,” ujarnya dengan suara bergetar.
Amran juga mengungkapkan bahwa Presiden Prabowo telah memerintahkan pembenahan total regulasi pertanian, pemberantasan mafia, serta kemudahan akses bagi petani. Ia bahkan memimpikan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia, bukan lagi negara pengimpor.
“Jiwa raga kami untuk Merah Putih. Kami siap segalanya demi petani, demi rakyat kecil, demi keadilan pangan,” tutupnya.