
Varietas Topaz yang buahnya berwarna hijau, dikenal pekebun sebagai 'buah Malaysia'.
Hal ini disampaikan Head of Plant Breeding Asian Agri, Yopy Dedywiryanto, dalam acara buka puasa bersama media di Hotel Karibia, Medan, Sumatera Utara, Rabu (5/3). Kegiatan ini merupakan bentuk apresiasi Asian Agri kepada media yang selama ini berperan penting dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat luas.
“Acara berbuka puasa ini memiliki makna yang sangat penting bagi kami, karena media dan perusahaan saling mendukung ekosistem dunia usaha. Sinergi antara keduanya adalah kunci kemajuan dan keinginan. Kami berharap acara ini dapat memperkuat dan mengembangkan hubungan baik yang telah terjalin.
War Djamil, salah satu jurnalis senior mewakili insan pers Sumatera Utara menjelaskan “Kami, Media tetap akan selalu mendukung perusahaan swasta untuk memberikan informasi yang bermanfaat kepada masyarakat, karena perusahaan-perusahaan inilah yang membantu menghasilkan devisa dan juga menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.” Ujarnya.
Dalam acara tersebut, dijelaskan, Yopy Dedywiryanto bahwa Benih Topaz merupakan produk kelapa sawit unggul hasil riset bertahun-tahun dari Asian Agri yang terbukti meningkatkan produktivitas pohon kelapa sawit.
Dimana, perusahaan Asian Agri selalu berkomitmen untuk memberikan yang terbaik dan menjadi perusahaan perkebunan yang berkelanjutan.
Untuk itu, kami fokus pada penelitian dan pengembangan untuk mendapatkan praktik budidaya dan bahan tanam terbaik. Pada tahun 1989, fasilitas Research & Development didirikan di Tebing Tinggi, Sumatera Utara dengan tujuan untuk mendapatkan standar praktik budidaya terbaik.
Kemudian, pada tahun 1992, Asian Agri melalui Oil Palm Research Station (OPRS) melakukan seleksi indukan Dura dan Pisifera terbaik dari Kosta Rika untuk mendapatkan bahan tanam unggul terbaik.”
Keunggulan Benih Topaz dapat terlihat pada saat merilis empat varietas pada tahun 2004, yaitu Topaz 1, Topaz 2, Topaz 3, dan Topaz 4, yang berdasarkan pengujian multi-lokasi di Sumatera Utara dan Riau, dengan tiga jenis tanah berbeda, mampu berproduksi tinggi.
Dalam pengembangan riset tersebut, ternyata Benih Topaz mampu beradaptasi dengan baik di berbagai lokasi di Indonesia.” ujarnya.
Selanjutnya pengujian tersebut tidak berhenti sampai generasi 1 saja, “Kami tetap melakukan pengujian hingga ke generasi 2 yang merupakan keturunan langsung dari indukan yang tertanam di OPRS Topaz pada tahun 1996.
Berdasarkan pengujian generasi dua yang komprehensif dan intensif, saat ini Topaz hanya memproduksi persilangan-persilangan yang telah teruji dan terbukti dapat menghasilkan 24 ton Tandan Buah Sawit (TBS) di Tahun Menghasilkan (TM) 1, rata-rata 38 ton TBS pada TM 3 s/d TM 6 dan Oil Extraction Rate (OER) 29% dengan potensi Crude Palm Oil (CPO) lebih dari 10 ton/ha.
Untuk itu, Perusahaan berkomitmen terus memberikan yang terbaik bagi pelanggan, maka pada tahun 2019, OPRS merilis Varietas DxP Topaz GT berdasarkan pengujian dengan penggunaan isolat Ganoderma yang paling agresif sehingga Topaz GT dapat beradaptasi lebih baik di daerah dengan tingkat serangan Ganoderma yang tinggi.” Ujarnya.
Selanjutnya Yopy juga menjelaskan bahwa awalnya bibit Topaz lebih banyak ditanam oleh pekebun kelapa sawit swadaya, dan dari pekebun sawit swadaya inilah bibit Topaz dikenal luas.
“Jadi pekebun yang menanam Topaz akan merasa sangat puas dengan hasil yang didapatnya. Apalagi jika bertemu dengan Asian Agri, maka pekebun mendapatkan bimbingan Praktik Pengelolaan Terbaik dari perusahaannya.” Jelasnya.
Selanjutnya, salah satu pekebun kelapa sawit dari Desa Aek Songsongan, Kecamatan Songsongan, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, Riko Simamora, menjelaskan pengalamannya menggunakan Benih Topaz.
“Menentukan bibit berkualitas sangat penting untuk hasil panen yang optimal. Sebelum menjadi petani kelapa sawit, saya bekerja di perusahaan perkebunan dan melihat berbagai jenis bibit unggul yang digunakan.
Dari data produksi, saya perhatikan bahwa bibit Topaz dari Asian Agri menghasilkan lebih tinggi dibandingkan yang lain.
Di usia 33 bulan, hanya dengan mengaplikasikan setengah dosis pupuk yang direkomendasikan oleh Asian Agri, kebun tersebut sudah dapat menghasilkan 1 ton/ha/bulan.
Dengan kondisi Ini menunjukkan peningkatan produksi yang signifikan dengan benih Topaz,” jelas Riko.
Kemudian, pada tahun 2018, Riko memutuskan untuk menjadi petani kelapa sawit dengan mengelola kebun pribadinya dengan menggunakan benih Topaz.
“Saat memulai kebun pribadi, saya sudah tahu bahwa Topaz adalah bibit unggul dengan produktivitas tinggi. Namun, saya sempat ragu karena ada varietas Topaz yang buahnya berwarna hijau, dikenal sebagai 'buah Malaysia'.
Saya khawatir sulit dijual, tetapi setelah mendapat jaminan penerimaan dari produsen Asian Agri, saya yakin dan melanjutkan penanaman Topaz.
Setelah saya tanam, hasilnya sangat memuaskan karena diusia sekitar 33 bulan, menghasilkan 1 ton/ hektar/ bulan, dengan TM 2 sekitar 1,8 ton/hektar/ bulan dan TM 5 sekitar 2,2 ton/hektar/bulan.” Ucap Riko.
Hal ini juga dijelaskan oleh Yopy bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan baik dari faktor produksi TBS dan rendemen minyak antara buah hijau (Virescence) dan buah hitam (Nigrescence).