
MEDAN, www.wasantaraonline.com - Sabtu pagi (19/4/25), Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Kota Bangun, berubah menjadi lautan manusia. Ribuan peserta dari 21 kecamatan se-Kota Medan tumpah ruah dalam kegiatan Pawai Ta’aruf MTQ ke-58 yang berlangsung penuh semarak dan semangat kebersamaan.
Diiringi tabuhan marching band, gerakan tari kolosal, hingga pameran budaya bernuansa islami, pawai ini tak sekadar ajang seremoni—tapi juga perwujudan harmoni dalam keberagaman.
Pawai diawali penampilan dari Kafilah Kecamatan Medan Selayang, sang juara umum tahun lalu, yang tampil memukau sambil mengarak tropi kebanggaan mereka. Dari atas panggung kehormatan, Wali Kota Medan Rico Tri Putra Bayu Waas bersama Ketua TP PKK Ny. Airin Rico Waas menyambut rombongan dengan penuh antusias.
Hadir pula jajaran Forkopimda Kota Medan, Wakil Ketua DPRD Medan Zulkarnain, Sekda Wiriya Alrahman, Ketua MUI Kota Medan H. Hasan Matsum, dan tokoh-tokoh penting lainnya yang ikut merasakan hangatnya suasana.
Satu per satu kafilah melintas dari Medan Johor, Polonia, hingga Barat. Masing-masing hadir dengan ciri khas dan kreativitasnya. Sorak sorai warga yang berdiri di pinggir jalan seakan tak putus memberikan semangat.
“Ini baru Medan, Kaya, guyub, dan penuh energi!” celetuk seorang warga yang membawa anaknya menyaksikan pawai dari awal hingga akhir.
Puncaknya ditutup oleh kafilah tuan rumah Kecamatan Medan Deli, yang tampil elegan dan berkarisma, menegaskan bahwa MTQ ke-58 adalah panggung kebanggaan warga Medan.
Meski sempat diguyur gerimis di awal acara, tak satu pun peserta kehilangan semangat. Wali Kota Rico Waas pun tak bisa menyembunyikan kekagumannya.
“Luar biasa! Saya salut pada seluruh kafilah. Cuaca tak menyurutkan semangat mereka untuk tampil total. Ini bukti nyata bahwa semangat MTQ hidup dalam jiwa masyarakat kita,” ujarnya.
Usai pawai, Wali Kota meresmikan stand pameran MTQ bersama Ketua TP PKK. Dengan guntingan pita, ia membuka ruang interaksi dan edukasi bagi masyarakat yang ingin lebih dekat dengan nilai-nilai islami.
Lebih dari sekadar perlombaan, MTQ ke-58 menjadi panggung besar untuk menunjukkan bahwa Medan adalah kota yang bukan hanya religius, tapi juga inklusif dan kreatif.
“Melalui MTQ ini, kami berharap akan lahir generasi emas Medan—yang bukan hanya cerdas dalam membaca Al-Qur’an, tapi juga membawa nama baik kota ini hingga ke kancah nasional dan internasional,” tutup Rico Waas penuh harap.
Dan benar adanya, hari itu Medan tak hanya berpawai. Ia berpesta—merayakan semangat, kebersamaan, dan identitas kotanya, "Medan untuk Semua, Semua untuk Medan".