Wasantaraonline.com | Sumbar – Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo dan Dr Bachtiar Chamsyah menghadiri Deklarasi “Piagam Minangkabau Nan Sapuluah” di Bukit Marapalam, Puncak Pato, Nagari Batu Bulek, Kecamatan Lintau, Tanahdatar, Sumatera Barat (Sumbar), Sabtu (17/6/2023) siang.
Piagam Minangkabau Nan Sapuluah lahir dari Dialog Kebangsaan Umat Islam bulan Februari 2023 lalu di Hotel Pangeran Beach Padang, yang dihadiri oleh tokoh ulama, kaum adat, cerdik pandai, bundo kanduang, tokoh-tokoh nasional.
Lahirnya Piagam Minangkabau Nan Sapuluah ini sebagai bentuk kesadaran bersama umat Islam menyikapi situasi kekinian bangsa, kritisi terhadap penegakan hukum dan pelanggaran aturan, pernyataan sikap dan himbauan kepada umat Islam untuk tetap kukuh menegakkan kebenaran, keadilan dan tetap merajut persatuan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Masyarakat Minangkabau dalam falsafah hidup adat basandi syarak, syarak bersendikan Kitabullah (ABS-SBK) siap menjaga NKRI dengan seluruh jiwa raga dengan bertekad sejak hari ini akan terus menyuarakan kebaikan, merajut persatuan, menghimpun kekuatan baik fisik dan non-fisik, baik materil dan spritual, baik sendiri maupun kelompok, untuk menjadi benteng pertahanan bangsa Indonesia yang solid, tangguh dan militan,” bunyi point ke-10 dari Piagam Minangkabau Nan Sapuluah.
“Piagam Minangkabau Nan Sapuluah” yang telah ditandatangani Gubernur, Ketua DPRD, Ketua MUI, Ketua LKAAM, Perwakilan Ormas, Pesantren, Mahasiswa, Bundo Kanduang dan Guru Besar ini, dibacakan secara bergantian oleh Ketum LKAAM Sumbar Dr Fauzi Bahar, M.Si. Dt. Nan Sati, Ketua MUI Tanahdatar Drs. H. Masnefi, MS., Perwakilan mahasiswa Ajib dan Perwakilan Bundo Kanduang Indah Arief Gani. Mereka didampingi ratusan orang yang terdiri dari ulama, ninik mamak, bundo kanduang dan mahasiswa.
Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo yang didaulat memberikan sambutan menyatakan penghormatan dan apresiasi yang tinggi terhadap negeri Minangkabau, bahwa ratusan tahun lalu para tokoh-tokohnya telah menyandingkan agama dan adat dalam satu kesatuan yang kuat.
Ini dibuktikan dengan Sumpah Sakti Bukit Marapalam di Puncak Pato ini dimana kesatuan agama dan adat itu dibuhul dengan filosofi Adat Basandi Syarak, Syarak Bersandi Kitabullah (ABS-SBK) yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat Minangkabau hingga kini.
Menyepakati ABS-SBK sebagai filosofi itu adalah rekam jejak sejarah yang luar biasa, perjuangan tokoh-tokoh agama dan tokoh adat. Karena itu, menurut Jenderal Gatot Nurmantyo, Indonesia mesti belajar pada Minangkabau bagaimana persatuan dapat diwujudkan untuk kebaikan dan kemaslahatan bangsa.
Dalam bidang ekonomi juga banyak yang bisa dipelajari dari Minangkabau, yaitu konsep berusaha ala rumah makan Padang. Tidak ada buruh atau anak buah, tetapi yang ada pemilik bersama yaitu pemilik modal dan pemilik sebagai sumberdaya manusia yang bekerja. Keduanya memiliki “saham” di rumah makan Padang. Setiap tahun menjelang lebaran Idul Fitri semuanya akan dihitung dan keuntungan akan dibagi sesuai persentase yang sudah disepakati. Karena pekerja telah meminjam setiap bulan maka hutangnya dipotong dan sisanya diberikan kepada pekerja yang sekaligus adalah pemilik saham itu.
“Tidak salah saya mengatakan bahwa Indonesia harus banyak belajar kepada Minangkabau, baik belajar tentang nilai-nilai adatnya yang luhur, ekonomi kerakyatan yang diaktualisasikan secara konsep oleh Bung Hatta dan nilai kejuangan para pahlawan asal Minangkabau seperti Agus Salim, Syahrir, Buya Hamka dan Tuanku Imam Bonjol,” kata Gatot Nurmantyo, sosok jenderal yang nasionalis dan religius ini.
Sementara itu, tokoh nasional asal Sumbar, Dr Bachtiar Chamsyah, mengatakan bahwa kecerdasan orang Minangkabau telah ditunjukkan dari waktu ke waktu dalam setiap era perjalanan bangsa. Karena itu, teruslah pelihara kecerdasan itu dengan tetap menyuarakan kebenaran, keadilan dan persatuan bangsa.
“Jangan merasa rendah jika kita menegakkan kebenaran, jangan merasa kecil jika kita memperjuangkan keadilan dan jangan merasa takut mengingatkan pemimpin yang salah, seperti kata-kata bijak bahwa raja alim raja disembah, raja zalim raja disanggah,” kata Bachtiar Chamsyah, putra Nagari Bayur, Maninjau, Kabupaten Agam ini.
Hadir menjadi saksi pembacaan Piagam Minangkabau Nan Sapuluah adalah Bupati Tanahdatar Eka Putra, Wakil Bupati Tanahdatar Richi Aprian, Kepala OPD Pemda Tanahdatar, dan tokoh-tokoh nasional yang dibawa Jenderal Gatot Nurmantyo antara lain Prof Refly Harun, Irjen (Purn) Fuad Basya, Brigjen (Purn/Mar) Hasanudin, deklarator KAMI Dr Anton Permana, mantan anggota TNI Ruslan Buton dan wartawan senior Hersubeno Arif.
Kegiatan Deklarasi Piagam Minangkabau Nan Sapuluah ini dilaksanakan di tengah acara Festival Sumpah Sakti Bukit Marapalam. Festival ini adalah acara Satu Nagari Satu Event dari Nagari Batu Bulek yang merupakan program unggulan dari Bupati Tanahdatar Eka Putra. (*)