Tepat pukul 23.00 WIB, 2 Mei 2025, petugas gabungan dari BNN, Bea Cukai, TNI AL, dan berbagai unsur intelijen berhasil menghentikan laju kapal Sea Dragon Tarawa, sebuah kapal yang bukan hanya membawa barang haram, tetapi juga membawa pesan mengerikan tentang betapa dalam dan luasnya jaringan gelap peredaran narkoba dunia.
Di dalam lambung kapal itu, petugas menemukan 67 kardus berisi 2.000 bungkus sabu, total seberat 2 ton—jumlah yang cukup untuk meracuni generasi muda sebuah bangsa. Paket-paket sabu itu dibungkus rapi dengan kemasan khas yang dikenal sebagai identitas jaringan Golden Triangle, sindikat narkoba lintas negara yang telah lama menjadi momok di Asia Tenggara.
“Ini bukan sekadar penyelundupan. Ini adalah perang. Perang terhadap sindikat transnasional yang menjadikan negara kita pasar dan jalur pengiriman,” tegas Kepala BNN Komjen Marthinus Hukom dalam konferensi pers di Batam, Senin (26/5/2025).
Pengungkapan ini bukan hasil kebetulan. Lima bulan penyelidikan, kerja intelijen lintas negara, pemantauan dari Laut Andaman hingga perairan Indonesia, hingga pergerakan strategis di malam hari, semuanya berpadu menjadi satu operasi monumental. Kapal Sea Dragon Tarawa akhirnya tak bisa lagi menyembunyikan muatannya.
Enam orang ditangkap. Empat di antaranya adalah warga negara Indonesia, dua lainnya warga Thailand. Mereka hanya pion dari jaringan besar yang hingga kini masih terus diusut. Dari pelaut lokal hingga aktor global, semuanya mungkin terlibat dalam bisnis yang merenggut jutaan nyawa secara perlahan.
Operasi ini tak hanya mencetak rekor, tapi juga menyadarkan kita bahwa Indonesia bukan sekadar korban, Negara kita juga menjadi medan tempur utama. Jalur laut yang dahulu menjadi perekat nusantara, kini dibajak oleh sindikat internasional untuk menebar racun mematikan.
